SEJARAH DAN BENTUK CANDI JIWA



@Sejarah Candi Jiwa




Awalnya di tengah hamparan sawah di Batujaya banyak ditemukan bukit-bukit kecil atau dalam bahasa setempat disebut unur. Berdasarkan hasil ekskavasi yang dilakukan oleh para arkeolog, di dalam unur-unur tersebut banyak ditemukan tinggalan-tinggalan budaya dari masa lalu. Kawasan Cagar Budaya pertama kali ditemukan oleh Jurusan Arkeologi Universitas Indonesia ada tahun 1984. Kemudian pada tahun 1985 ditindaklanjuti dengan penelitian arkeologi yang berhasil mengungkap isi dari unur-unur yang ada di Kawasan Cagar Budaya Batujaya.
Sejak saat itu sampai sekarang, penelitian kepurbakalaan terus dilakukan. Penelitian tersebut berhasil menemukan banyak tinggalan budaya di Kawasan Cagar Budaya Batujaya. Pada tahun 2000 diketahui terdapat 24 lokasi yang mengandung tinggalan budaya dan sampai tahun 2010 telah tercatat 30 lokasi situs. Berdasarkan hasil penelitian kepurbakalaan, sebagian besar unur di Kawasan Cagar Budaya mengandung tinggalan berupa bangunan candi yang terbuat dari susunan bata.
Bentuk candinya antara satu dengan yang lain mempunyai bentuk yang berbeda-beda, misalnya ada ada candi yang memiliki tangga naik ke tubuh candi, namun ada pula candi yang tidak memiliki anak tangga. Bahkan ada temuan struktur bata yang diperkirakan dahulu adalah tempat tinggal pemuka agama Budha.\
(sumber BP3 Serang)




Bentuk Candi Jiwa



Setelah diawali dengan penelitian, tinggalan di Kawasan Cagar Budaya Batujaya diupayakan untuk dilestarikan dengan melakukan pemugaran bangunan-bangunan candi yang tertanam di dalam unur. Kegiatan pemugaran candi dilakukan terhadap situs segaran I atau dikenal dengan unur Jiwa (setelah selesai dipugar disebut Candi Jiwa). Kegiatan pemugaran Candi Jiwa dimulai pada tahun 1996 dan selesai pada tahun 2001. Candi Jiwa setelah dipugar ternyata hanya memperlihatkan bagian pondasi dan sebagian tubuh candi tanpa ada tangga sebagaimana umumnya candi-candi yang ada di Indonesia, sementara bagian atas atau puncaknya tidak diketahui bentuk aslinya.
Dr.Hasan Djafar, pakar arkeologi dari Universitas Indonesia, menggambarkan bahwa bentuk Candi Jiwa yang berdenah bujur sangkar memperlihatkan bentuk seperti bunga teratai (padma), pada bagian atas atau puncak candi terdapat denah struktur melingkar, diduga sebagai bekas stupa atau lapik arca Budha, sehingga jika dibayangkan akan seperti stupa atau arca Budha di atas bunga teratai yang sedang mekar terapung di tengah telaga. Bentuk candi seperti ini belum pernah ditemukan di Indonesia.
Selain pemugaran Candi Jiwa, juga dilakukan kegiatan pemugaran di Situs Segaran V atau lebih dikenal dengan Candi Blandongan. Letaknya di tengah persawahan, di sebelah utara Candi Jiwa. Kegiatan pemugaran Candi Blandongan dimulai pada tahun 1999 dan sampai saat ini (tahun 2010) masih dalam proses yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang (BP3 Serang). Bentuk candi ini berbeda dengan Candi Jiwa, di keempat sisinya terdapat tangga untuk memasuki selasar candi yang dibatasi pagar langkan. Jika memperhatikan keempat bentuk tangganya, tangga sisi barat laut memiliki perbedaan dengan ketiga tangga lainnya, karena itu diperkirakan bahwa tangga utamanya adalah tangga sisi barat laut.
Bagian menarik dari Candi Blandongan adalah dindingnya memiliki banyak perbingkaian dengan ornament berupa pelipit-pelipit, antara lain pelipit rata dikenal dengan istilah patta, pelipit setengah lingkaran atau kumuda, dan pelipit bergerigi yaitu susunan dua lapis bata yang menonjol dan ujungnya dibentuk meruncing. Berdasarkan hasil penelitian dan pemugaran, bangunan Candi Blandongan telah mengalami perubahan bentuk terutama pada dindingnya yang dilakukan oleh pendukung budayanya di masa lalu. Bukti ini menunjukkan adanya penambahan dan perubahan bentuk dindingnya yang terlihat saat ini. Candi lain di Kawasan Cagar Budaya Batujaya yang kini dapat dilihat namun belum selesai dipugar adalah Candi Serut I atau Situs Telagajaya I, yang dipugar sejak tahun 2007. Di lihat dari bentuknya, Candi Serut I memiliki bentuk yang berbeda dengan Candi Jiwa dan Candi Blandongan. Dengan menyaksikan tiga bangunan candi yang saat ini telah dibuka dari unurnya, memperlihatkan dan memberi kesan bahwa di masa lalu di Situs Batujaya berkembang sebuah peradaban yang tinggi.
(Sumber BP3 Serang)

Facebook Twitter RSS